Rasa adalah samudra tanpa tepi, gelombang emosi yang pasang surut di kedalaman sukma, seringkali tak terjamah oleh jaring-jaring bahasa. Kita kerap tertegun di ambang hening, mencoba memeras saripati pengalaman menjadi deretan aksara, namun yang tercipta hanyalah bayang-bayang pucat dari realitas yang membara di dalam dada. Ada nuansa rindu yang terlalu purba untuk dilisankan, ada pedih yang terlalu ngilu untuk dituliskan, seolah kata-kata hanyalah wadah retak yang tak mampu menampung kelimpahan rasa yang tumpah ruah.
Meski demikian, kata adalah jembatan rapuh yang kita bangun untuk menyeberangi jurang kesendirian, sebuah upaya heroik untuk menyapa jiwa lain di seberang sana. Ia mungkin tak sempurna, namun dalam keterbatasannya, terselip keindahan dari usaha untuk dimengerti dan memahami. Terkadang, justru di sela-sela spasi dan jeda kalimatlah makna sesungguhnya bersemayam, membiarkan rasa berbicara dalam bahasa kalbu yang universal, melampaui sekat-sekat definisi yang kaku.
Komentar (0)
Ingin bergabung dalam diskusi?
Login untuk berkomentarBelum ada komentar. Jadilah yang pertama!