Bunga yang Tak Pernah Layu

Di tengah taman yang sunyi, ada sekuntum bunga yang selalu mekar. Bunga itu tak seperti yang lain. Kelopaknya tak pernah layu, meski diterpa hujan lebat atau dihempas angin kencang. Warnanya tetap cerah, secerah senyum yang selalu kusunggingkan untuk orang-orang di sekitarku. Tapi, tak banyak yang tahu, di balik kelopak yang indah itu, ada retakan-retakan kecil yang tersembunyi.


Aku adalah bunga itu.


Sejak kecil, aku belajar untuk selalu menjadi yang terbaik. Aku tumbuh dengan keyakinan bahwa kebahagiaan orang lain adalah tanggung jawabku. Aku selalu berusaha memenuhi harapan mereka, meski sering kali harus mengubur keinginanku sendiri. Aku menjadi bunga yang selalu mekar, bahkan ketika akar-akarku merintih kelelahan.


Tapi, hidup bukanlah taman yang selalu indah. Ada kalanya badai datang, menghantam tanpa ampun. Aku pernah terjatuh, retak, dan hampir patah. Tapi, entah mengapa, aku selalu bangkit. Mungkin karena aku tahu, di dalam diriku ada keabadian yang tak bisa dihancurkan. Ada keindahan yang tak pernah benar-benar pudar.


Aku belajar bahwa retakan-retakan itu bukanlah aib. Mereka adalah bukti bahwa aku pernah berjuang, pernah bertahan, dan pernah tumbuh. Setiap retakan adalah cerita, setiap goresan adalah pelajaran. Aku tak lagi takut untuk menunjukkan bahwa aku tidak sempurna, karena justru di situlah letak keindahanku.


Kini, aku masih tetap mekar. Bukan untuk memenuhi harapan orang lain, tapi untuk diriku sendiri. Aku adalah bunga yang tak pernah layu, bukan karena aku tak pernah terluka, tapi karena aku selalu menemukan cara untuk tumbuh, meski di antara retakan-retakan itu.


Dan di taman hidupku, aku akan terus mekar, menebar keindahan yang abadi, untukku dan untuk dunia.

Bagikan

Komentar (0)

Ingin bergabung dalam diskusi?

Login untuk berkomentar

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!

Terima kasih telah membaca.